29/11 – TOKYO (ASAKUSA, SHIBUYA, HARAJUKU, SHINJUKU)

Hari ke tujuh kami di Jepang belum juga berubah. Kami masih mengigil kedinginan kala angin menampar-nampar tubuh kami dengan seenaknya. Masih misuh-misuh sambil tertawa berdua meratapi nasib kami yang belum juga tahan dengan hawa dingin yang masih asyik mengerayangi tubuh kami. Dan seperti biasa, kami bangun pagi dan langsung bersiap untuk menuju ke Shibuya lagi karena malam sebelumnya kami hanya berhasil mengantri makan malam saja disana. Namun sebelum ke Shibuya, kami sengaja berjalan-jalan sebentar ke area Asakusa Castle yang letaknya hanya selemparan batu dari hotel kami disana.

Di Asakusa Castle kami juga mengambil fortune paper lagi berharap saya bisa mendapatkan hasil yang lebih baik daripada sebelumnya. Tapi nyatanya hasilnya sama saja seperti saat di Kyoto sebelumnya, hasil yang kami dapat tetaplah sama. Teman saya dengan keberuntungannya dan saya masih juga mendapat fortune paper yang bertuliskan ketidakberuntungan, lagi, ffft. Lumanyan bikin parno juga saat itu, niat kami yang cuma iseng-iseng saja ternyata berujung bencana gitu hahaha. Parno juga karena selama dua kali iseng-iseng ini, hasil yang saya dapat masih sama persis. Isinya juga sesuai dengan yang saya rasakan saat itu, entah yang berkaitan dengan cinta entah juga yang berkaitan dengan hal lainnya.

Saya saat itu sedang galau untuk melanjutkan pekerjaan di tempat saya bekerja saat itu atau tidak, dan fortune paper ini tertulis untuk tidak keluar dulu karena situasi sedang tidak baik. Dan ternyata benar kan, beberapa bulan setelah itu Covid19 datang, padahal saya sudah ancang-ancang untuk resign dari pekerjaan dan istirahat bekerja selama 3 bulan. Untungnya saya juga tidak jadi resign dan tetap bekerja hingga sekarang.


Kami kemudian melanjutkan perjalanan ke arah Sumida Park sambil mengambil foto berbackground Tokyo Tower. Diperjalanan menuju Tokyo Tower, kami melihat anak-anak kecil yang sedang berjalan ke arah taman bersama guru-gurunya. Mereka terlihat imut dan lucu sekali, mungkin mereka masih di usia daycare karena masih sangat kecil-kecil sekali bahkan ada yang masih perlu didorong. Saya sempat ingin memfoto mereka dari dekat saat di Sumida Park namun tidak diijinkan oleh guru-guru tersebut. Namun, saya juga sudah sedikit mengambil foto dari daycare lain yang saya temui diperjalanan tadi, saya kira tidak masalah asal wajah anak-anak tersebut tidak diperlihatkan. Kami kemudian berjalan ke arah subway untuk menuju ke area Shibuya lagi. Kami masih penasaran dengan Torikatsu Chicken Shibuya yang tadi malam sudah keburu tutup sebelum kami sampai disana. Katanya sih dagingnya sangat lembut dan rasanya enak, makanya kami pengen kesana untuk mencicipinya.

Belajar dari pengalaman malam sebelumnya saat google maps kami lari-lari sendiri, akhirnya kami hafalkan saja rute tersebut saat duduk di subway. Kami juga sudah cukup tahu rutenya karena tadi malam sudah sampai di titik terdekat dengan lokasi ini. Dan pagi itu, sampai stasiun shibuya kami langsung bisa sampai disana tanpa perlu mengecek lokasinya lagi via google maps. Sebenarnya lokasinya lumayan tricky karena berada di gang kecil (lihat gambar dibawah dan perhatikan garis merah) dan masuk di antar gedung-gedung lain gitu, sign restorannya pun memakai kanji dan masih harus masuk gedung juga dari sign tersebut. Tapi karena kami berdua sudah melihat sign foto-nya dari review di google maps, kamipun berhasil sampai disana dengan mengikuti petunjuk tersebut. Dan karena saat itu restaurant ini baru buka, kami juga tidak perlu antri untuk bisa mendapatkan kursi di restonya. Kami berdua saat itu memesan Chicken Tori Katsu dan tanpa menunggu lama makanan sudah tersaji di meja kami, Bon appétit!


Setelah meminum ocha yang telah disediakan oleh pramusaji Resto, kami langsung mengambil sumpit dimeja dan melahap Chicken Tori Katsu kami. Tori Katsunya disajikan dengan salad berupa kol, sedikit kudapan lain, miso, dan nasi. Chicken torinya memang empuk dan enak sih menurut saya, selain itu harganyapun juga murah, sayang saja nasinya terlalu sedikit bagi saya. Kalau dilihat sebenarnya Chicken Tori Katsu ini digoreng di wajan yang sama dengan menu pork cuttle-nya. Kalau memang teman-teman mau memakan makanan yang halal banget, saya tidak menyarankan untuk makan disini. Tapi kalau teman-teman chill saja misal: "yang penting ayam dan bukan babi", monggo saja untuk dicoba. Kalau saya, mungkin kalau saya berkesempatan untuk ke Tokyo lagi, saya akan kesini lagi dan mencicipi menu ini kembali.

Selesai makan, kami langsung lanjut berjalan kaki ke arah Onitsuka karena teman mau membeli sepatu disana. Kami berjalan melewati gang-gang kecil yang ternyata banyak toko sex toys disitu, kami ketawa-tawa saja berdua karena memang asal ambil gang saja. Dulu saat kami di Itaewon South Korea kami juga pernah begitu, karena kelelahan jalan kaki dan malas memutar, kami iseng aja lewat gang kecil biar cepet sampai di halte yang kami tuju. Ladalah ternyata gang tersebut isinya orang-orang yang sedang menjajakan dirinya, praktis kami hanya bisa menunduk diam sambil menikmati bau parfum mereka yang semerbak harumnya tidak hilang-hilang sampe bermeter-meter setelahnya. Tak lama berjalan tibalah kami di Onitsuka, namun setelah dilihat-lihat teman kurang sreg dengan model-modelnya ples harganya.

Akhirnya kami pindah ke Asicstiger yang berlokasi disebelahnya pas, ya mungkin karena mereka masih bersaudara ya jadi deketan gitu. Saya yang masih melihat-lihat sepatu disana, tiba-tiba kaget melihat teman sudah membawa plastik belanjanya. Cepet banget! Saya sama sekali tidak sadar kalau teman sudah selesai memilih serta bertransaksi disana.

Kami kemudian berjalan ke lokasi yang telah kami rencanakan yakni ke Meiji Jingu. Belok ke kiri dari Onitsuka kami langsung berhadapan dengan pertigaan jalan. Saya lalu mengecek lokasi saya via google maps untuk mengetahui arah untuk menuju ke Meiji Jingu. Nah, saat itu teman saya ada di belakang saya dan tiba-tiba ada seorang pria yang berjalan ke arah teman saya sambil mengucapkan salam,

"Assalamu'alaikum," katanya lalu ngacir.

Saya yang sedang fokus ke handphone otomatis langsung melihat kearah teman saya yang saat itu menjawab "Wa'alaikum salam," dengan ekspresi bingung melihat ke arah pria tersebut.

Ya aneh saja gitu, belum juga saling lihat dia sudah ngacir dengan salah tingkahnya ke arah temannya yang juga ikut bingung melihat kita berdua yang menatap mereka kebingungan. Saya lihat pria tersebut berperawakan melayu dan mungkin orang indonesia juga. Temannya agak ada darah-darah india atau arab gitu dan cuma diam, terlihat bingung dengan sikap temannya yang tiba-tiba masuk ke arah jalan raya dan berusaha keras mencari taxi. Kami masih menatap mereka aneh sambil berjalan ke arah Meiji Jingu yang kebetulan melewati sisi mereka juga. Namun sampai kami berjalan di ujung, mereka tidak juga naik taxi dan entah hilang kemana setelah itu. Aneh sekali.

Biru adalah lokasi saya dan teman berdiri, merah adalah lokasi cowok aneh setelah mengucapkan "Assalamu'alaikum" dan tiba-tiba melewati pagar pembatas dan pura-pura mencari taxi.
Saat berjalan ke arah Meiji Jingu, kami sangat menikmati berjalan ditengah udara dingin disana, apalagi bisa menghirup udara yang lumayan bersih dan dapat menikmati jalanan pedestrian yang nyaman dan lebar. Kami juga baru kali itu merasakan nikmatnya bermandikan sinar matahari meskipun dingin masih juga tak henti menerpa kulit kami. Langit terlihat begitu cerahnya dan matahari tanpa malu menyinari kami meskipun sinarnya tak begitu berefek menghangatkan kulit kami, namun kami tetap senang. Lalu kami melihat orang-orang yang menyebrang dari sisi berlawanan kami, saat itu kami berjalan disisi kiri jalan, sementara orang-orang berjalan dari sisi kanan dan menyeberang ke arah kami. Kamipun lalu ikut menyebrang ke arah kanan tersebut yang ternyata zonk karena bukannya masuk ke arah Meiji Jingu, kami malah masuk ke kawasan Harajuku dan untuk masuk ke Meiji Jingu kami harus menyebrang melewati stasiun subway. Entah memang kami yang tidak bisa melihat jalan lain atau memang benar tidak ada jalan lain, kamipun akhirnya masuk ke stasiun Haruju saja sekalian numpang ke toiletnya.

Selesai berurusan dengan toilet, kami lanjut mencari exit untuk masuk ke area Meiji Jingu. Belum juga ketemu si exit, kami sudah tergoda dengan aroma roti yang menggoda kami sejak sebelum masuk toilet tadi. Kami lalu memutuskan untuk antri di area roti tersebut dan membeli rotinya, Danish Bar nama tempat roti tersebut dan lokasinya tepat disebelah Starbuck pas dan arah ke exit 2 menuju Meiji Jingu, coba beli deh kalau nanti ke Harujuku Stasiun, ga bohong rotinya benar-benar enak! Kami lalu keluar melalui exit 2 tersebut sambil mengunyah roti kami sambil berhadapan dengan pintu masuknya Meiji Jingu dengan Torii Gatenya yang sangat besar terpampang disana. Kami langsung berjalan masuk ke area Meiji Jingu dan terpana dengan asrinya lokasi tersebut, sambil berharap suatu hari nanti di Indonesia juga ada taman kota yang asri dan besar seperti itu tanpa dipungut bayaran apapun, mimpi dikit boleh kan ya?

Kami lalu melihat drum-drum sake yang dipampang dengan tulisan kanjinya didekat museumnya, lalu ikut berfoto sebentar disana karena malas berebut dengan turis lain yang juga berfoto maupun mengambil video disana. Lalu berbelok ke arah kiri saat melihat Torri Gate yang lainnya untuk menuju ke arah shrine-nya. Nah kalau kamu ingin masuk ke Kakuunteinya, kamu akan melihat lokasi entrance fee dikiri jalan beberapa saat setelah melewati Torii Gate yang kedua tadi. Tapi jika kamu ingin masuk ke Meiji Jingunya saja, kamu cukup jalan terus saja lurus mengikuti jalannya, saya sih memilih ke Meiji Jingunya saja karena free. Kebetulan saat itu ada prosesi pernikahan yang digelar disana, pengantinnya interracial dengan mempelai wanita dari Jepang dan mempelai lelakinya kulit putih entah dari negara mana. Kami tak mau ketinggalan untuk ikut menonton prosesi tersebut, lumayan tontonan gratis kan apalagi prosesi pernikahan tiap negara berbeda-beda, worth to see.


Karena perut sudah keroncongan lagi meskipun baru beberapa jam yang lalu makan Torikatsu Chicken dan roti dari Danish Bar, kami lalu keluar dan menuju ke arah Haruju. Kami sempat mampir sebentar ke Tokyu Plaza untuk ikutan ngehits karena ada famous mirror di pintu masuknya. Kami sempat masuk ke beberapa toko disana juga sih, tapi karena tampang kami terlihat kere dan memang kami ga berduit ya kami keluar dengan tangan kosong dan hanya membawa pulang beberapa foto dari si famous mirror dibawah.

Kamipun lanjut menuju ke Yai-Yai untuk mencoba Okonomiyakinya karena saat di Osaka kami belum sempat menyicipi makanan ini. Kami duduk di area dining-nya dengan chef yang berada didepan kami. Kami akui sang chef sangat ramah dan murah senyum, kami juga cukup terkesan saat sang chef menyajikan Okonomiyakinya. Namun setelah kami menyicipi Okonomiyakinya ternyata rasanya biasa saja, hampir seperti mie goreng yang diolah seperti bakwan, tak terlalu berkesan jadinya. Tapi kami tetap mengacungi jempol kepada chefnya karena pelayanannya yang sangat baik.

Ada bagian yang lucu saat kami sudah memesan Okonomiyakinya dan sang chef menyiapkan Okonomiyakinya juga didepan kami. Saat itu kami pikir sang chef sedang memasak menu yang kami pesan sampai akhirnya kami terlihat tegang saat melihat sang chef memasukkan pork ke Okonomiyakinya. Sang chef-pun tertawa dan mengatakan kepada kami untuk tenang karena yang dia masak saat itu milik orang lain dan bukan untuk kami. 

"Oh calm down, this is not yours, yours will be made by him!" sambil menunjuk ke arah chef satunya dan tertawa memandang kami yang sudah ketakutan luar biasa LOL.

Okonomiyaki Seafood yang kami makan berdua, porsinya ini aslinya besar ya.
Keluar dari Yai-Yai kami langsung berjalan tanpa arah di Harajuku. Kami sempat mencari-cari lokasi Supreme dan hanya ingin melihat-lihat barang dan harga produk disana. Iseng mau mengetes seberapa miskin kami ini disana, namun kami terselamatkan karena kami tidak bisa menemukan lokasinya. Mungkin tlisipan karena signnya terlalu kecil atau memang google maps kami ngaco, kami kurang paham haha. Yang pasti kami telah diselamatkan dari kengerian kami akan harga-harga produk disana dan disuruh "get real" dan tau diri karena kami ga akan mampu beli barang disana LOL. Tapi kami malah masuk ke toko-toko vintage dan melihat banyak baju-baju yang lumayan juga disana. Sempat juga kami melihat seorang artis yang tidak kami kenal yang sangat cantik mempesona diajak berfoto oleh turis lainnya. Setelah masuk kesana-kemari kami tetap kukuh pada pendirian untuk tidak membeli apa-apa karena barang-barang disana paling murah harganya 400an ribu mungkin. Yah, belum budget kami, mungkin suatu saat nanti.

Hari sudah mulai petang, kami memutuskan untuk ke arah shibuya lagi untuk memvideokan area lampu merah shibuya yang terkenal itu. Kami masuk ke area Starbuck untuk membeli coklat hangat serta teman mencari tumblr titipan teman-temannya di Jakarta. Lalu kami berebut lokasi untuk memvideokan suasana shibuya crossing saat lampu tanda boleh menyeberang dinyalakan dengan para turis lainnya disana. Karena malas berdesak-desakan kami lalu naik ke lantai atasnya dan melihat-lihat toko dvd disana tanpa membeli apa-apa. Turun dari starbuck kami langsung ikutan menjadi salah satu orang yang ikut divideokan orang-orang dari starbuck itu, kami ikutan euforia menjadi salah satu penyeberang di shibuya crossing hahaha.
Shibuya Crossing yang terlihat biasa saja karena saya tidak mendapat ruang untuk memfoto disana.
The famous entrance mirror in Harajuku.
Kami lalu menuju ke Uniqlo tanpa membeli apa-apa dan lanjut ke GU dan disana saya kalap karena tidak bisa menahan godaan untuk membeli baju maupun sepatu-sepatu yang murah-murah dibanding saat saya di Harajuku tadi. Memang jiwa dan budget saya memang masih cocok di GU dibanding di toko-toko berkelas di Harajuku itu haha. Teman saya lanjut ke Shinjuku sendirian untuk mencari titipan barang dari bosnya dan kami janjian untuk bertemu disana nantinya untuk makan malam. Saat kalap di Harajuku tadi, beanie yang saya beli sebelumnya dari HM di Kyoto hilang tanpa jejak. Saya yang bingung mencoba meminta bantuan pihak CS yang juga kasir dibagian Tax Refund disana yang ternyata sangat rude. Saya tidak akan pernah lupa dengan ekspresi salah satu kasir lelaki dengan senyum mengejeknya ke arah saya seakan merendahkan itu. Tapi saya cukup senang dengan salah satu staf perempuan dilantai 2 yang sangat ramah dan membantu saya dengan sangat baik meskipun beanie saya tetap tidak diketemukan.

Saya lalu keluar dari GU dengan membawa belanjaan baju, sepatu, dan lain-lainnya yang sangat murah-murah itu. Lalu menuju ke shibuya stasiun untuk menuju ke arah shinjuku dan makan malam disana bersama teman saya. Namun di shibuya saya kebingungan dengan jalur kereta yang boleh saya naiki dan saat itu saya tidak memiliki akses wifi karena sim card ada di handphone teman saya. Tau kan ada kereta JR lah kereta metro lah dan lain-lain yang tidak semuanya ter-cover oleh 3 Day Metro Pass saya. Saya memutuskan bertanya ke salah satu orang disana dan dibantu olehnya untuk menemukan jalur kereta yang bisa saya naiki ke arah shinjuku, juga jalur ke arah toilet karena saat itu saya kebelet.

Turun di stasiun shinjuku, saya masih harus berjalan ke arah exit 10 untuk bertemu teman saya disana. Jalan ke arah exit 10 ini jauh banget sampe saya harus terseok-seok karena sudah kecapekan jalan kaki seharian itu. Lega saat akhirnya bertemu teman saya dan memutuskan mencari makan malam disana. Awalnya kami kepengen makan di salah satu resto yang direkomendasikan oleh seorang influencer. Namun bolak-balik masuk stasiun kami tak juga menemukan lokasi si resto, sampe akhirnya kami masuk ke foodcourt disana dan disanalah si resto itu yang ternyata hanya menyajikan menu berbahasa kanji yang tidak bisa kami baca. Kami langsung keluar dari stasiun dan mencari menu lain disana, saat itu kami berdua sama-sama ingin makan tempura, jadi sambil berjalan keluar ke stasiun saya langsung mencari lokasi Tempura Bar terdekat dan ketemulah Dandan'ya Shinjuku Kushi Tempura beserta nilai reviewnya yang terbilang bagus.

Sampai di Dandan'ya kami langsung diminta ke lantai atas karena lantai 1-nya sudah penuh. Kami lalu memilih menu yang ada disana dan saya memilih menu tempura setnya dan teman saya memilih menu tempura bowlnya. Sebenarnya saya lupa nama menunya, lihat menunya pada foto dibawah saja deh ya. Kami cukup terkesan dengan rasa tempuranya yang sangat kriuk dan rasanya yang sangat enak bahkan sejak gigitan pertamanya. Kami sampai memberi bintang 5 di google maps karena memang seenak itu Tempuranya, saya ketagihan sampai besoknya saya masih juga mencari tempura untuk maka siang dan makan malam juga. Sudah bisa dipastikan kalau saya berkesempatan kembali ke Tokyo, saya akan kembali ke bar ini dan membeli tempuranya lagi. Ini review saya di google mapsnya beserta foto makanan yang kami pesan saat itu.


Karena hari sudah petang, kami putuskan untuk pulang ke hostel kami dan kembali ke Shinjuku esok harinya. Kami sempat mampir ke Matsumoto Kiyoshi untuk membeli titipan obat jerawat serta membeli koyok kaki lagi dan masker mata yang memang terbilang murah disana dibanding jika membeli di Family Mart atau tempat lainnya. Niat saya sih koyok kaki ini mau saya kasihkan ke orang tua dirumah, tapi ternyata mereka ga ada yang mau make LOL. Kami lalu berjalan ke hotel dan beristirahat untuk memulihkan energi kami, well, masih ada 2 hari lagi sampai kami berdua terbang kembali ke Jakarta, perjalanan di Jepang masih belum usai teman-teman.

NB: Dari postingan ini sampai hari terakhir nanti tidak saya lampirkan biaya karena saya sudah ga inget. Untuk transportasi karena memakai pass selama 3 hari jadi sudah tidak mengeluarkan biaya lagi, hanya makan dan belanjaan pribadi saja yang mengeluarkan biaya.


No comments:

Post a Comment