26112019 Arashiyama Kyoto 

Setelah sebelumnya dengan impulsif menjajal shinkansen ke arah Nagoya namun belum juga sampai Nagoya malah memutuskan kembali ke Osaka dan beristirahat. Maka hari ini kami harus bangun pagi dan pergi ke Kyoto lagi, tepatnya ke area Arashiyama. Rencana awal kami sebenarnya adalah untuk ke Arashiyama Bamboe yang amat tersohor itu, namun rencana memang hanyalah rencana, kami akhirnya hanya berjalan-jalan memutari area Arashiyama River dan menikmati pemandangan perahu-perahu yang berjalan diatas sungai dengan background perbukitan dengan daun-daun berwarna jingga nan mempesona.

Kami memulai perjalanan kami dengan sedikit sarapan di hostel Drop Inn Osaka kami, teman dengan rotinya dan saya hanya meminum teh hangat pagi itu. Kami lalu berjalan ke Osaka Stasiun dengan menerjang angin musim gugur yang dengan senangnya menampar-nampar tubuh kami yang tak terbiasa dengan hawa dingin ini. Bersamaan dengan orang-orang yang lalu lalang berjalan ke arah kantornya dengan setelan yang sangat apik nan fashionable lengkap dengan parfum yang amat memikat tercium bersamaan dengan terpaan angin yang menghembus ke arah kami. Saat itu saya berjanji kepada diri saya sendiri untuk bisa memiliki gaya pakaian dan bau tubuh seperti mereka, gaya pakaian yang terlihat simple namun enak dilihat, serta bau tubuh yang enak untuk dihirup bahkan oleh jarak lebih dari 5 meter. 

Berbeda dengan kemarin dimana kami sangat eman-eman untuk mengeluarkan uang untuk membeli Kyoto Bus Pass (KBS) karena waktu sudah menunjukkan pukul 15.00an. Akhirnya hari ini tanpa babibu kami langsung membeli KBS ini. Kami juga sudah menghafal rute untuk menuju lokasi penjualan Pass ini dari semalam. Kami berangkat dari Osaka stasiun tetap dengan naik Rapid seperti sebelumnya, karena untuk naik shinkansen masih harus transit di Shin Osaka dan kami malas untuk itu. Sampai Kyoto Stasiun kami langsung keluar ke Central Exit dan berbelok ke arah kanan sedikit untuk melihat sign Kyoto Municipal Tranportation disana. Untuk mendapatkan KBS ini kami harus antri di barisan paling kanan, karena di barisan kiri dipergunakan untuk mereka yang ingin menggunakan JR Bus yang harganya lebih mahal dari KBP. Kami lalu membeli One Day Kyoto Bus Pass seharga JPY600 per orang. Kami dibuat takjub dengan petugas loketnya yang sangat cekatan dan bahkan sudah memberikan tiket sejumlah yang kami ingin beli sebelum kami selesai menyebutkan angka tiket, luar biasa.


Bus Pass sudah ditangan, kami langsung menuju ke halte bus untuk menuju ke area Arashiyama. Lokasi halte bus tepat berada dibelakang lokasi pembelian Bus Pass ini. Karena kami ke area Arashiyama, kami lalu naik bus nomor 76 dan turun di sekitar sungai Arashiyama. Saya sempat memencet tombol turun sesaat setelah supir melaju dari halte terakhir sebelum saya turun yang lucunya membuat sang supir langsung menghentikan laju busnya. Saya yang bingung karena maksud saya adalah untuk berhenti di halte depannya akhirnya hanya diam dan tetap turun di halte depannya. Lumayan malu juga dilihatin orang-orang, mungkin saya terlalu cepat memencet tombol dan sang supir mengira kami telat turun di halte tadi. Saat di Korea dulu kami juga pernah begini saat di Busan dan membuat orang-orang heboh melihat kearah kami.

Turun di Arashiyama kami lumayan kelaparan juga, sempat masuk ke beberapa toko camilan namun urung untuk membeli karena yang dijual hampir sama dengan saat kami berjalan di Kyoto hari sebelumnya. Awalnya kami memang berencana untuk ke area Arashiyama Bamboe, tapi kami sudah dibuat terpukau dengan daun-daun yang memerah disisi sungai tepat disisi halte saat kami turun saat itu. Kamipun akhirnya memilih berjalan-jalan saja di area sungai dan berencana untuk menaiki perahu disana.

Sepanjang mata memandang, saya terpukau dengan suasana Arashiyama yang sangat asri. Sungai Katsura yang terbentang diantara perbukitan dengan airnya yang sangat jernih tanpa terlihat sampah sama sekali. Orang-orang yang melintasi jembatan yang ditopang oleh kayu disana-sininya. Serta perbukitan dengan daun-daun berwarna jingga yang terlihat indah dengan angin yang perlahan menusuk-nusuk jemari tangan dan wajah kami dengan dinginnya yang tak jua mau pergi.

Kami lalu berjalan lurus kearah tepian sungai, bergumul bersandingan dengan turis-turis lain yang juga berjalan ke arah yang sama disana. Kamipun melihat orang-orang yang memakai kimono sedang berfoto dengan teman-temannya. Kumpulan orang yang mengantri untuk membeli kopi panas yang terkenal disana. Serta para fotograper-fotograper yang menenteng kamera dan tripodnya untuk mengambil gambar perahu diantara dedaunan yang memerah. Kami kemudian melihat loket pembelian tiket untuk menaiki perahu, harga yang harus dibayar per orang untuk menaiki perahu tersebut adalah JPY3.500 cukup mahal bagi saya.

Suasana Arashiyama disepanjang sisi sungai.
Teman saya sebenarnya oke saja untuk mengeluarkan uang segitu, tapi saya terlalu ragu dan akhirnya kami memutuskan untuk tidak jadi menaiki kapal tersebut. Kamipun lalu berjalan sampai ujung dan cukup terpana melihat begitu banyaknya fotograper yang berkumpul disatu titik dan membidikkan kameranya ke arah sungai sambil menunggu waktu yang tepat untuk mengambil gambarnya. Saya penasaran dengan apa yang mereka lihat disana, dan memutuskan untuk ikut membidikkan kamera saya saat terlihat perahu datang melewati arus sungai didepan kami tersebut: lihat foto pada postingan ini.

Kami lalu pulang ke arah yang sama dengan saat kami datang tadi, sampai akhirnya kami melihat tempat makan yang baru saja dibuka dan banyak orang yang mengantri didepannya. Kami yang sudah kelaparan sejak turun dari Bus tadi lalu ikut masuk saja tanpa tahu apa yang mereka jual. Nama tempat makan tersebut adalah Kameyamaya restoran paling pertama dari ujung kami berjalan tadi. Lokasi Restoran yang tepat ditengah-tengah jalan wisatan tentu membuat semua yang kelaparan membelokkan badannya ke restoran ini. Apalagi lokasinya juga persis menghadap kearah sungai dan perbukitan dengan warna-warni  autumn yang kemerahan itu. Sangat tepat untuk memanjakan perut dan mata secara bersamaan.

Restoran ini menjual soba dan beberapa set makanan lainnya, karena hari itu sangat dingin kami memutuskan untuk membeli sobanya yang berkuah hangat. Saat itu saya membeli Shippoku Udon (JPY750), sedangkan teman saya membeli Kitsune Udon (JPY600). Kami juga membeli ikan herring sebagai tambahan karena cukup penasaran juga dengan rasa ikannya, Ikan herring/Nishin Sugatani (JPY400). Tanpa menunggu lama makananpun disajikan, kami langsung mencicipi kuahnya yang bening namun enak banget, sangat kaya rasa, mienya juga sangat lembut dan kenyal ditambah topingnya yang juga enak dan lembut. Ikan herringnya juga enak lembut dan kaya rasa juga, sepertinya kuah soba yang kami pesan ini berasal dari ikan herring tersebut karena rasa kuahnya yang mirip. Tempat makan ini menjadi tempat makan terfavorit buat teman saya dan sudah bisa dipastikan kami akan kembali kesini jika mendapat kesempatan untuk kembali.
Soba yag sangat nikmat dimakan disaat udara sedang dingin seperti saat itu.
Kami lalu beranjak ke halte bus untuk pergi ke Kinkakuji Temple dengan transit sekali di halte Nishinokyo Emmachi lalu menyebrang lagi ke arah Halte Emmachi. Saat menuju ke area Bus inilah kami baru sadar kalau disana sangat ramai! Turis ada dimana-mana dan semua jalan pedestrian macet saking banyaknya manusia! Semua orang terlihat warna-warni dengan coat-coat-nya, jaket down-nya, ataupun kimono yang mereka pakai. Kami sangat syok melihat orang-orang ini karena di area yang kami lalui tadi tidak sebanyak ini turisnya. Seakan Arashiyama ini sedang banjir bukan oleh air hujan tapi oleh orang-orang yang datang dari berbagai belahan dunia. Pantas beberapa waktu lalu kenalan saya dari Belgia bilang kalau di Kyoto terlalu banyak turis sampai dia tidak bisa menikmati pemandangan disana.

"Lots of tourists hard to enjoy the sights." katanya via WhatsApp.

"So I just bike around small streets or walk a lot more on the sights to get some space," lanjutnya.

Well, I definitely agree. Saya sangat setuju dengannya. Jepang sangat ramai oleh turis, sampai kita tidak bisa menikmati suasana disana karena harus berebut jalan dengan orang lain.

Diperjalanan ke arah halte, kami mampir ke Lawson untuk membeli hot pack, lumayan bisa menghangatkan tubuh kami. Teman saya yang saat itu penasaran dengan Matcha Ice Cream juga memutuskan untuk membeli Matcha Ice Cream. Aneh ya, dingin-dingin tapi makan ice cream? Ga kok, disana banyak yang beli juga. Kami lalu menuju ke halte untuk menuju ke arah Kinkakuji yang letak haltenya berada tepat diseberang stasiun arashiyama. Kami harus menaiki bus 2x dari Arashiyama untuk sampai ke Kinkakuji ini dan sesampainya ke Kinkakuji kami harus membayar JPY500 untuk masuk kesana.

Saat menaiki bus ini, kami sempat melihat kearah Arashiyama Bamboe yang terlihat sangat penuh oleh turis-turis bahkan dari luar jalannya. Kami merasa terselamatkan karena tidak jadi menuju kesana pagi tadi dan memilih berjalan di tepian sungai. Kami tidak sanggup harus umpel-umpelan dengan turis lain, bagi kami memanjakan mata saat traveling itu lebih penting daripada harus berfoto dilokasi yang terlalu banyak turisnya. Tapi nyatanya, saat memasuki Kinkakuji hasilnya sama saja dengan di Arashiyama, terlalu banyak turis disana sampai kami tidak bisa menikmati pemandangannya. Heran, di Kyoto ini hampir semua tempat kebanjiran turis, kami tidak tahu kalau Jepang ternyata seheboh ini dimata turis asing. Lebih heboh dari Menara Eiffel yang saya jumpai saat di Paris beberapa waktu lalu.

Saat di Kinkakuji kami juga menyempatkan diri untuk iseng-iseng mengambil fortune paper dengan membayar JPY100 per lembarnya. Keisengan ini berbuah petaka karena pada akhirnya saya sangat kepikiran dengan hasil fortune paper yang saya dapat. Fortune Paper yang kami dapat hasilnya yang satu bagus banget sedang yang satunya jelek banget. Cukup membuat kami berdua syok karena sangat bertolak belakang sekali antara kertas satu dengan kertas lainnya. Saya sempat menyesal mengambil fortune paper tadi karena sayalah yang mendapat hasil yang sangat buruk tadi. Cukup membuat saya parno meskipun niat kami tadi hanya iseng belaka. Teman saya menenangkan saya dengan mengatakan untuk mencobanya lagi nanti saat di Asakusa, katanya siapa tahu nanti mendapat hasil yang berbeda.

Suasana Arashiyama di sekitar Arashiyama yang sebenarnya.
Suasana didalam Kikankuji yang sebenarnya.
Kinkakuji merupakan kuil yang sebelumya merupakan tempat peristirahat Ashikaga Yoshimitsu. Kuil ini dibangun dengan lapisan emas murni dan menjadi objek wisata yang terkenal di Kyoto. Saat kami masuk kedalam kuil ini, kami harus mengikuti arah tali untuk membawa kami ke halaman yang mengarah ke area kuil. Lokasi ini sangat penuh oleh turis-turis dan membuat kami harus berdesak-desakan untuk mendapatkan lokasi yang pas untuk mengambil gambar. Lalu kami berjalan mengitari kuil dan naik ke area tea spot yang pada brosur dijelaskan bahwa lokasi tersebut adalah lokasi minum teh saat oleh Ashkaga Yoshimitu dan istrinya, seperti yang dijelaskan pada blangko. Lokasi ini hampir berada dibagian atas area Kinkakuji dengan pemandangan yang mengarah ke paviliun dan kota Kyoto.

Keluar dari Kinkakuji kami langsung menuju ke lokasi oleh-olehnya. Teman saya saat itu membeli sesuatu untuk kedua orang tuanya, sedangkan saya tidak membeli apa-apa selain coca-cola versi Kyoto yang kami beli berdua. Sayangnya karena lupa menaruh coca-cola ini di koper, kami akhirnya harus membuang minuman ini saat dilakukan scanning di imigrasi narita. Kami lupa harga coca-cola ini berapa, tapi harganya lebih murah dibanding kalau membelinya di vending machine.

Sebenarnya saat di Kinkankuji ini saya sempat berpapasan dengan Robert Downey Jr. yang berperan sebagai Tony Stark atau Iron Man. Namun teman saya mengatakan kalau itu tidak mungkin dia dan saya masih tidak percaya kalau itu bukan dia. Proporsi tubuh, wajah, potongan rambut, dan bahkan matanya benar-benar mirip dengan Robert Downey Jr sangat sulit untuk berkata itu bukan dia. Namun toh akhirnya saya mengamini kata teman saya dan berlalu begitu saja tanpa mengambil foto sang Iron Man. Saya sempat berpikit juga tidak mungkinlah seorang Robert Downey Jr. ke lokasi seramai ini tanpa pengawalan yang ketat. Setidaknya dia bisalah membuat Kinkakuji menjadi lokasi VIPnya tanpa harus bercampur aduk dengan turis lain yang membanjiri lokasi itu. Well, meski berpikir begitu sampai sekarang saya masih juga penasaran apakah benar itu tadi sang Iron Man atau bukan. Sedih.

Kami kemudian melanjutkan perjalanan kami dan menuju ke halte bus didepan Kikankuji. Kami saat itu menuju ke arah Gion Corner dengan lama perjalanan kurang lebih 50 menit. Kami bisa melihat suasana Kyoto diluar area turis melalui perjalanan via bus ini. Ibu-ibu yang mendorong stroller-nya, anak muda dengan seragam sekolahnya, bapak-bapak yang menenteng barangnya, dan lain-lain. Sangat berbeda dengan Kyoto yang saya temui dilokasi wisata. Kami lalu tergoda untuk turun di H&M karena saya harus membeli beanie disana. Lokasi H&M hanya bersela satu halte dari halte yang ditunjukkan google maps kepada kami untuk turun. Tidak terlalu menggangu rencana kami karena masih di satu gang yang sama dengan halte yang seharusnya. Di H&M saya membeli satu baju & satu penghangat kepala alias beanie tadi. Sayangnya beanie yang saya beli ini hilang saat saya sedang asyik berbelanja di GU Shibuya Tokyo beberapa hari kemudian. 

Selesai berbelanja, kami langsung berjalan kaki ke arah Sungai Kamo, untuk menikmati sunset yang sebentar lagi datang. Saat itu kami berjalan di gang kecil dan berakhir di jempatan kecil dengan pemandangan orang-orang merokok di ruang bebas rokok, lihat foto dibawah. Saya sangat terkejut melihat ruangan bebas rokok yang seindah ini, dikelilingi oelh pepohonan yang berwarna kemerahan, serta air sungai yang mengalir bening disisinya.

"How could smoking area be this good?" seru saya ke teman saya.

Kami berjalan lagi ka arah Sungai Kamo, namun dingin dan angin yang luar biasa hebatnya disana memaksa kami untuk berfoto sebentar lalu menuju ke area Yasaka Shrine. Saat kami naik tangga kearah jalan, kami melihat sekumpulan turis china yang dengan totalnya berfoto tanpa mengenakan jaketnya dan hanya mengenakan baju sutra tanpa lengan. Kami cukup terpana melihat turis-turis dari china ini sebenarnya, saat di Arashiyama tadi kami melihat mereka dengan totalnya memakai pakaian tradisional mereka disana. Belum juga nanti saat kami di Shikarawago melihat banyaknya rombongan mereka juga yang memakai pakaian tradisionalnya dengan sangat lengkap, entah pria entah wanita, semuanya. Saya sempat dihadang oleh mereka juga saat mengambil foto ke arah sungai Arashiyama tadi, beberapa kali lokasi saya diserobot tanpa permisi dan membuat saya agak jengkel. Bukan bermaksud rasist, hanya kaget saja mereka bisa setotal itu dan berani menyerobot lokasi orang tanpa permisi.

Saya menggigil melihat foto ini, totalitas ya.
Baru juga berjalan beberapa menit keluar dari area sungai kamo, hujan rintik-rintik mulai turun. Kami buru-buru mengeluarkan payung kami dan menyebrang ke arah Gion. Kami berjalan lurus ke arah Yasaka Shrine sambil sesekali masuk ke toko oleh-oleh disana tanpa membeli apa-apa. Sampai Yasaka Shrinepun kami hanya masuk sebentar lalu keluar karena tidak sanggup lagi menikmati suasana disana yang sudah gelap. Keluar dari Shrine kami melihat orang-orang mengantri didepan sebuah kedai makanan. Kami yang lumayan lapar saat itu ikutan mengantri tanpa tahu mereka jualan apa. Sampai 20 menit kemudian kami diminta masuk dan sudah bisa mengorder makanan.

Kedai makanan tersebut bernama Gyukatsu KyotoKatsugyu Gion. Kedai ini ternyata menjual Gyukatsu yang hampir sama dengan Gyukatsu Motomura di Ueno yang beberapa hari lalu kami datangi. Bedanya gyukatsu ini tidak perlu di grill kembali seperti saat di Gyukatsu Motomura. Saat itu saya membeli Rib-Eye Roll Gyukatsu & teman saya memesan Chuck Tail Flap Gyukatsu, harganya masing-masing JPY1.480. Rib-Eye ini lebih tender ketimbang yang Chuck Tail, saya tahu karena juga ikut menghabiskan makanan Chuck Tail teman saya yang tidak habis. Rasanya sih lumayan saja dan sudah bisa dipastikan tidak akan balik lagi kesini kalau nanti berkunjung ke Kyoto lagi.


Selesai makan kami lanjut berjalan ke area Gion District, kami sempat menjumpai seorang Geisha yang sedang berjalan menuju tempatnya bekerja. Kami hanya melihat saja sih, tanpa berani mengambil foto untuk menghargai privasinya. Sampailah kami di area Kenninji tapi karena sudah gelap dan semua jalan masuknya sudah ditutup, akhirnya kami keluar lagi dan lanjut berjalan-jalan ke area Old Town Kyoto. Kami tetap mengikuti aturan disana yang tidak memperbolehkan untuk mengambil foto. jadi memang kami benar-benar tidak berani mengeluarkan kamera sama sekali untuk mengambil video maupun gambar disana. 

Old Town Kyoto ini lumayan sepi saat itu, ya setidaknya di area yang kami lalui. Saat sudah keluar dari old town baru terasa lagi suasana sebenarnya yang ternyata sangat ramai itu. Kami sempat mampir ke Matsumoto Kiyoshi dan disana kami menemukan koyok kaki dengan isian satu pak berisi 4 sachet dan per sachetnya isi 6 dengan harga hanya JPY 500an saja! Sangat murah dibanding dengan yang saya beli sesachetnya harga JPY 795 kemarin malam. Wow. Saran saya, kalau mau beli barang-barang apapun, misal koyok, masker mata, obat-obatan, lotion, dkk, mending beli di Matsumoto Kiyoshi saja, lebih murah disana, ga bohong!

Kami lalu melanjutkan perjalanan dengan naik bus ke arah Kyoto Stasiun serta mampir ke Malebranche untuk membeli cokelat matchanya. Setelah memutar-mutar di area stasiun ternyata Malebranche ini ada di seberang uniqlo saja, fiuh. Kami lalu pulang ke Osaka dan beristirahat. Sebenarnya kami berencana untuk mampir ke GU di osaka stasiun dulu untuk membeli coat disana karena besok pagi kami sudah harus ke Takayama. Namun karena saat itu sudah lewat dari pukul 9 malam jadi semua pintu masuk ke area mall sudah ditutup. Sebelum sampai di hotel kami juga menyempatkan diri untuk mampir ke sevel tepat didepan hotel kami untuk membeli makanan untuk sarapan besok pagi. Tapi ternyata makanan yang dijual disana sudah habis. Kami langsung keluar dan berbelok ke area Lawson dan membeli beberapa makanan dan cemilan untuk bekal esok hari. 

Kami sempat bertanya kepada petugas disana tentang daging yang kami ambil. Apakah mengandung babi atau tidak namun ternyata makanan yang kami pilih mengandung babi dan akhirnya kami mencari amannya saja dengan mengambil makanan instant berdaging sapi. Petugas tidak bisa berbicara bahasa inggris, tapi untuk sekedar tahu itu pork apa bukan cukup paham kok. Jadi kalau ke area mini market disana dan ingin membeli makanan instant seperti ini, tinggal tanya saja ke petugasnya. Malu bertanya sesat dijalan kan.

Karena masih pukul 22.00, kami ke communal room bersama traveler lain sekedar untuk mengobrol atau menunggu laundyan disebelahnya. Kami juga saat itu memasukkan makanaan kami ke dalam kulkas serta melaundry pakaian kami untuk dipakai kembali nantinya di tokyo. Selain itu kami juga memakan snack-snack yang kami beli di lawson tadi. Di hotel ini, laundry & dryernya tergolong murah dibanding hotel lain yang kami inapi saat di Jepang. Setelah menunggu cucian selesai di laundry, ternyata saat akan mengeringkan pakaian 2 mesin dryer disana sudah penuh dan kami harus menunggu 30 menit lagi untuk mengeringkan pakaian kami. Saya yang sudah sangat kelelahan meninggalkan teman saya sendirian disana untuk menunggu dryer. Saat itu pukul 11.30 dan saya tertidur begitu saja tanpa merasa bersalah dengan teman saya.



Paginya baju saya ada dibawah kaki saya dan setelah saya cek ternyata masih cukup basah. Seharusnya kami men-dryer-nya lagi malam itu, tapi saya tahu teman saya juga pasti sudah kelelahan jadi melewatinya begitu saja untuk beristirahat. Kami langsung packing dan sarapan sebentar di area communal room dilanjutkan check-out untuk melanjutkan perjalanan kembali ke Takayama Gifu dengan menaiki kereta Hida dengan pemandangannya yang sangat indah. Halo Takayama!
Biaya : 
Drop Inn : 376.778 (berdua)
One Day KBP : JPY 600
Makan siang : JPY 1.750
Makan Malem : JPY 2.960
Lainnya lupa.




No comments:

Post a Comment