Agar tidak salah informasi ya, saya akan jelaskan sedikit detail diri saya disini. Saya merupakan karyawan yang bekerja di Kawasan Industri di Cikampek Karawang, namun saya tinggal dengan mengontrak di daerah Sadang Purwakarta. KTP saya sendiri masih KTP Jawa Tengah dan saya tidak memiliki surat domisili di Purwakarta ini. Kenapa saya sampaikan diawal, agar teman-teman tahu posisi saya diawal, tau sendiri kan betapa susahnya mencari informasi tentang vaksin ini via online, terutama bagi kita yang KTPnya beda lokasi dari tempat kita mau vaksin.

Hari Sabtu (7/8/21) kemarin, saya bangun pukul 5 pagi serta sudah bersiap untuk vaksin di Puskesmas Mulya Mekar. Jam 6 pagi saya sudah di tkp dan sudah ada 4 orang didepan saya yang mengantri untuk divaksin. Jam 6.30 petugas pemberi antrian datang dan dengan sergapnya diserbu oleh orang-orang yang saat itu antri, anarkis. Sudah kayak film zombi saja itu bapaknya dirubung (keroyok) orang-orang. Padahal kuota vaksin hari itu ada 200, dan yang antri tidak ada 100 orang, kok bisa??? Heran saya.

Setelah mendapat antrian dan suasana terkendali, saya akhirnya ke petugas tersebut dan menanyakan apakah Vaksin Dosis 1 bisa dilakukan disana. Dan ternyata tidak bisa, karena hari itu adalah untuk Vaksin Dosis 2. Bahaya jika saya tetap mengambil dosis 2 tersebut akhirnya sayapun pulang dengan tangan hampa. Tapi baru juga dirumah 10 menitan sambil mencari info online mengenai vaksin di Purwakarta, akhirnya saya putuskan untuk ke Rumah Sakit Gunung Putri yang lokasinya dekat Taman Air Sri Baduga untuk langsung mencari info tatap muka disana. Ternyata sampai sana ada antrian panjang sekali dan sayapun bertanya ke petugas didepan gerbangnya. Sayangnya ternyata di RS Gunung Putri tersebut juga masuk ke Vaksin Dosis 2, namun sang petugas langsung mengarahkan saya untuk ke Waduk Jatiluhur karena hari itu ada 1000 Kuota Vaksin Dosis 1, bebas ktp manapun, pendaftaran langsung ditempat, dan biaya retribusi yang biasanya dibebankan saat mau memasuki wilayah tersebut dihilangkan alias gratis.

Tak mau berlama-lama saya akhirnya mengendarai motor saya ke arah Waduk Jatiluhur tersebut. Sampai di lokasi (Istora Jatiluhur, klik disini) sudah banyak orang mengantri disana, antrian dibagi menjadi dua di kanan dan di kiri, saya ambil antrian dikanan. Saat antri tersebut kita akan di cek suhu satu per satu, pemanggilan untuk masuk ke area registrasipun di bagi bergantian antara kanan dan kiri, misal 5 orang kanan lalu 5 orang kiri. Kita juga diberitahu untuk menyiapkan fotocopy ktp karena di lokasi tersebut tidak menyediakan tempat fotocopy, jadi sebaiknya siapkan dari kota ya.




Lalu antrian saya disuruh masuk ke area registrasi, kita jalan terus sampai melihat petugas disana yang membagikan formulir untuk kita isi di dalam ruang registrasi. Siapkan pulpen juga dari rumah, karena disana tidak menyediakan peminjaman pulpen. Antrian ada 11 baris ke kanan dan 8 baris ke belakang, di depan juga ada 2 baris ke belakang yang mana 1 antrian didepan untuk registrasi dan belakangnya untuk mengisi kembali. Jika baris kedua tersebut sudah kosong, maka antrian paling depan di belakangnya langsung diminta maju ke depan.





Bagusnya lagi, jika ada ibu yang membawa anak kecil atapun lansia usia 55 keatas, akan didahulukan oleh petugasnya. Saat antrian saya dipanggil untuk registrasi, saya hanya perlu memberikan formulir pendaftaran dan fotocopy ktp saya ke petugasnya. Lumayan memakan waktu juga karena petugasnya ini merupakan campuran antara TNI dan mahasiswa. Saya kebagian yang mahasiswa ini dan lumayan lama karena saat menginput pertama kali ternyata koneksi internetnya terputus. LOL. Selesai dari ruang registrasi saya diarahkan lagi ke antrian cek kesehatan dan tensi.

Sama seperti sebelumnya, disini ada 15 kursi yang bersisi-sisian kanan kiri atau dibagi ke dua bagian. Satu per satu  dipanggil bergantian antara sisi kanan dan kiri lalu yang belakang maju untuk mengisi yang kosong. Saat antrian saya dipanggil saya langsung diarahkan ke perawat yang akan mengecek tensi saya. Untuk tensi diatas 180 akan ditolak tapi diberi satu kesempatan lagi selama 10 menit kemudian untuk di cek ulang. Jika tensi masih 180 keatas maka vaksin akan ditunda. Kita juga di cek tentang riwayat penyakit kita dan yang kita rasakan saat itu.




Saat itu tiba-tiba vertigo saya kambuh, untung saja tidak begitu parah dan masih bisa saya tahan. Sayapun selalu membawa obat serta paracetamol, jadi oleh sang dokter saya dianjurkan untuk segera meminum obat saya jika setelah vaksin saya mengalami pusing yang berlebihan. Oh ya, saat selesai di cek itu jika ada yang mengganjal si perawat akan memanggil dokter yang memang standby disana untuk meminta persetujuan si dokter. Selesai disana saya langsung diarahkan ke tempat vaksin, tidak ada satu menit vaksin selesai diinjeksikan ke tubuh saya. Hebat. Tidak berasa sakit sama sekali, hanya seperti disentuh saja lengan kita.

Selesai vaksin dokumen saya serahkan ke petugas dan saya diminta menunggu ke ruang observasi. Ruang observasi disana benar-benar cantik, jadi selain memulihkan diri, saya juga bisa memulihkan indera mata serta jiwa saya dengan melihat air waduk serta gunung-gunung disekitarnya. Ada juga atlet dayung yang sedang latihan disana, segar sekali. Lumayan kan, sudah vaksin gratis dapat pemandangan cantik pula.





Saat diruang observasi jika nama kita dipanggil artinya sertifikat kita sudah jadi dan kita bisa pulang ke rumah masing-masing, normalnya sih 15 - 30 menit ya. Tapi sampai 1,5 jam kemudian nama saya tidak kunjung dipanggil oleh petugas. Untung saya bisa melihat pemandangan ya, kalau tidak saya pasti sudah
muni-muni (marah-marah) itu. Dan ternyatanya, saat itu kita diarahkan untuk mengambil sertifikat manual kita dipetugas karena sistem pedulilindungi-nya sedang error. Baiq.

Petugas bilang bahwa sertifikat manual cuma sementara saja karena pada akhirnya kita nanti akan mendapat sertifikat asli kita secara online lewat sms yang mereka kirimkan ke nomor yang kita tulis di formulirnya. Dan benar saja H+1 dari hari vaksin, saya menerima sms sertifikat vaksin ini di nomor handphone saya. Yes!

Saat itu saya sempat kaget saat melihat vaksin dosis kedua saya yang dijadwalkan pada 30 Oktober 2021 mendatang. Petugaspun menjelaskan bahwa memang untuk vaksin AstraZeneca membutuhkan waktu 2-3 bulan untuk vaksin keduanya, berbeda dengan vaksin Sinovac yang hanya butuh 60 hari. Oooo, ternyata hari itu saya mendapat vaksin AstraZeneca, baru tahu saya saat itu haha. Ya apapun vaksinnya yang penting saya sudah vaksin ya!


Setelah vaksin, efek samping AstraZeneca ini terkenal lebih parah dibanding Sinovac. Ada yang sampai demam dan menggigil serta mual, ada yang sampai badannya berasa ditonjokin orang se-RT, ada yang biasa-biasa saja. Tapi yang sama dirasakan semua orang ya lengan kirinya sama-sama ngilu atau nyeri beberapa jam setelahnya. Nah, sampai H+2 setelah saya divaksin, efek yang saya rasakan baru lengan saya yang ngilu/nyeri (kakulah bahasa gampangnya) dari malam setelah vaksin itu, di H+2 sudah lumayan tidak begitu nyeri. Saya juga merasa teler alias ngantuk terus dari malam setelah vaksin itu. H+1nya lebih teler lagi sampai saya tidak bisa berdiri tegak berasa habis siuman sedari di bius hahaha. Sampai H+2 ini saya masih teler juga tapi masih mendingan dibanding kemarin.

Ya efek samping per orang berbeda ya, tergantung imun masing-masing. Yang pasti setelah vaksin saya sudah menyiapkan vitamin serta paracetamol untuk berjaga-jaga jika saya kena demam. Syukurnya memang hanya lengan nyeri serta teler/mengantuk saja efek yang saya rasakan. Saya diwanti-wanti oleh teman yang sebelumnya vaksin AstraZeneca juga bahwa sebulan setelah divaksin sebaiknya dirumah saja karena imun kita sedang rentan-rentannya. Namun, saya tidak ada pilihan selain bekerja di kantor, jadi saya akan ketat prokes saja. Banyak orang-orang yang saya lihat setelah vaksin itu di ruang observasi sudah pada buka masker dan merokok, makan, berkerumun dengan orang lain tanpa memakai masker. Heran saya, apa mereka pikir setelah vaksin mereka langsung kebal oleh Covid19? OMG.

Mari teman-teman kita tetap terapkan protokol kesehatan ini entah saat sebelum vaksin ataupun sesudah vaksin. Tidak hanya untuk diri kita sendiri, tapi untuk orang lain juga yang lebih rentan. Kita sudah dewasa, kita bantu mereka yang rentan ini, mereka yang berkomorbid, mereka yang sudah tua, mereka anak kecil yang imunnya lebih lemah. Kita bantu mereka dengan cara kita menjaga protokol kesehatan agar tidak membawa dan menularkan Covid19 ke mereka. Bijaklah terhadap diri sendiri serta terhadap orang lain.

Untuk teman-teman yang tinggal di Purwakarta ataupun ditempat lain, aktiflah bertanya mengenai vaksin ini. Menunggu kelurahan atau RT saja tidak cukup, saya sudah menunggu dan mendaftar untuk vaksin ini dari awal Juli, namun hingga sebulan mendaftar saya tidak juga dapat informasi maupun panggilan. Iya benar, ke lokasi-lokasi untuk bertanya itu sangat riskan karena disana ada kerumunan, tapi asal kita taat prokes (memakai masker double) kita harap kita bisa terhindar dari tertularnya penyakit ini. 

Memang susah jika per wilayah tidak ada media informasi yang jelas, sudah jaman digital begini tapi belum ada juga media informasi yang disediakan untuk memberi informasi ketersediaan vaksin ini oleh pemerintah daerah, bingung saya. Akan sangat membantu sekali jika pemda memberikan akses online untuk pendaftaran vaksin ini, selain untuk menghindari kerumunan, orang-orang juga akan lebih cepat memperoleh informasi tanpa perlu keluar dari rumah.

FYI, ternyata ada jadwal vaksin lagi di area waduk Jatiluhur ini pada tanggal 14 & 21 Agustus juga, informasinya bisa di cek di link ini.

Yang perlu disiapkan:
1. Berangkat pagi jangan lupa sarapan (wajib),
2. Fotocopy KTP,
3. Pulpen.

Saran: Saat proses penyuntikan vaksin ke lengan kita, saya sarankan dilihat saja proses penyuntikannya itu dan cek apakah benar ada cairannya atau tidak. Karena ada kasus suntik vaksin kosong di beberapa daerah alias pura-pura disuntik tapi tidak ada cairan vaksinnya, lihat disini.  

Sekian informasi pengalaman vaksin saya di Purwakarta, mari kita segera vaksin agar Covid19 ini bisa segera teratasi! Mari kita kembalikan waktu sebelum pandemi ke kehidupan kita, pertama-tama ya dengan ikut vaksin!


umiatikah

No comments:

Post a Comment