Ada kamu disana disetiap jejak langkah yang kulalui ditiap bagian Kyoto. Hingga saat kuamati setiap foto ini, yang kuingat bukan lagi betapa dingin dan indahnya warna-warni jingga daun-daun musim gugur disana. Namun kamu yang selalu ada dipikiranku saat itu. 

Betapa sepinya hatiku kala itu, meski kubungkus rapi dengan tawa dan senyum gembira, rasa sakit hati itu tetap juga disana tak mau pergi. Pahit, lebih pahit dari teh-teh hijau yang disediakan gratis oleh restoran-restoran yang kumasuki saat di Kyoto. 

Aku tak mengira beberapa detik yang kulalui denganmu saat itu begitu bermakna, hingga selang waktu berlalu semua itu menjadi perih yang tak pernah mau hilang. Jejakmu di Kyoto begitu berbekas hingga aku sulit bernafas menahan sakit yang tak jua berkurang. 

Aku ingin meninggalkan jejak itu lewat Kyoto saja. Jejak kesedihan yang tak mau berlalu dan tak mau meninggalkanku. Aku ingin titipkan kesedihan itu tanpa mau lagi mengingat akan laranya. Tapi nyatanya, kesedihan tetap setia mengikutiku lewat foto-foto yang kuambil di Kyoto waktu itu.

Tulisan dibuat pada 4 Agustus 2020 di Instagram

No comments:

Post a Comment