Sudah membaca trip saya ke Pulau Komodo dengan sailing trip selama 4 hari belum? Kalau belum boleh di cek dulu karena cerita ini sambungan dari cerita-cerita tersebut.

Komodo Flores to Lombok selama 4 hari 3 malam pada postingan ini:

Saat saya merencanakan untuk pergi liburan selama 11 hari di timur Indonesia, saya yang sebelumnya belum pernah mencoba melakukan sailing selama 4 hari 3 malam serta scuba diving tentu ingin mencoba semuanya itu.  Setelah sailing berakhir dan saya memilih untuk melanjutkan perjalanan ke Gili Trawangan, saat itu juga saya mencari lokasi scuba diving yang sekiranya sesuai dengan budget saya. Teman sailing saya dari Swedia (Andreas) yang tanpa sengaja bertemu kembali setelah berpisah dari saat kami turun kapal di Gili Trawangan juga saat itu mencari lokasi untuk dia Diving. Saya tidak tahu kalau ternyata selama beberapa hari sebelum sailing dia juga sudah scuba diving di Komodo dan meneruskan Diving tripnya lagi di Gili Trawangan serta masih lanjut lagi di Nusa Lembongan.

Standing UP Paddling

Besoknya  saat saya sedang mencari tempat untuk spa, karena 4 hari 3 malam sailing badan sangat lelah jadi saya dan teman berencana untuk bangun siang dan melanjutkan untuk bersantai dengan ber-spa ria. Kami saat itu tidak berencana untuk bertemu lagi, tapi saat saya sedang didepan tempat spa tiba-tiba saya melihat teman itu lagi diperempatan sebuah gang. Karena jarak kami lumayan jauh, teman sudah keburu belok ke gang lain, jadi saya urungkan saja niat saya untuk memanggilnya dan langsung masuk ke tempat spa.

Saat itu tempat spa telah penuh, saya lalu diminta reservasi tempat untuk beberapa jam kedepannya. Selesai reservasi, saya yang sudah janjian dengan Jihye untuk makan siang bersama langsung menuju ke lokasi kami bertemu. Jihye sejak pagi sudah snorkeling sendirian di pantai, saya yang saat itu lapar begitu pula Jihye lalu berjalan bersama mencari tempat makan siang. Sebenarnya Jihye ingin sekali mencicipi bakso, tapi karena saat itu masih siang dan saya tidak melihat tempat bakso yang buka jadinya kami memilih Kafe Blue Marlin saja untuk makan siang kami. Blue Marlin ini sebenarnya tempat dive resort yang menawarkan jasa diving juga. Tanpa sengaja juga lokasi ini nantinya bakal menjadi tempat saya diving untuk pertama kalinya.

"That would be my turn tomorrow," I said.
Saya saat itu memesan jus dan juga spagheti sementara Jihye memesan soto serta jus nanas. Lokasi kami makan berada dipinggir pantai pas dikelilingi pasir putih dan view pegunungan disebrang sana. Birunya warna laut dicampur langit yang cerah serta pasir yang mengerlip oleh cahaya matahari disana membuat kami tersirap kedalam pesona Gili Trawangan. Tidak hanya itu, kami juga disuguhi pemandangan orang-orang dari dive resort ini yang bolak-balik menggotong tabung oxygen mereka ke arah kapal. Orang-orang lalu menaiki kapal dan melaju ke tengah lautan untuk melakukan diving, "That would be my turn tomorrow," saya bilang ke Jihye.

Karena lelah, saya dan Jihyepun pulang ke hostel kami masing-masing. Karena keterbatasan bahasa dengan Jihye yang masih belum lancar berbahasa inggris, akhirnya Jihye tidak pernah bisa diajak untuk berjalan bersama lagi. Sayapun langsung ke tempat spa kembali dan memilih untuk melakukan perawatan Tradisional Bali Massages selama 2 jam. Saya beruntung mendapatkan pemijat yang pijatannya sangat pas dengan keinginan saya. 2 Jam saya lalui dengan sangat hikmat dan menenangkan. Lalu saya pergi ke arah pantai lagi dan mencari tempat untuk melakukan Stand Up Paddling. Liburan kali itu saya benar-benar ingin mencoba segala hal yang belum pernah saya lakukan sebelumnya, bahkan saya berencana untuk melakukan surfing juga di hari terakhir liburan saya disana.

Saya mencari lokasi untuk SUP tersebut berdasar riview dari Google Maps, sampai disana saya langsung memasukkan barang di loker yang mereka sediakan dan tanpa diajari sama sekali saya langsung diminta terjun ke pantai dengan papan SUPnya. Itu pertama kalinya saya menaiki papan SUP dan untungnya saya tidak jatuh kedalam air. Saya sempat kesal dengan instruktor yang diberikan kepada saya karena dia tidak mengajari bagaimana saya harus mengarahkan papan, bagaimana saya harus berdiri dipapan, bagaimana cara saya memutar dsb. Malahan instruktur meninggalkan saya begitu saja dan berlayar seenaknya sendiri.

Sampai akhirnya instruktur berhenti disatu titik dan meminta saya untuk ikut berhenti, disana saya disuruh melihat dia mempraktekkan cara berdiri dari papan dan untungnya lagi saya berhasil dalam sekali percobaan. Setelahnya sang instruktur pergi entah kemana meninggalkan saya sendirian, karena saya masih takut jatuh oleh ombak yang lumayan besar saya hanya berlutut dan memacu papan saya ke arah tengah. Saya menuju ke arah tengah karena saat saya ber-SUP di lokasi snorkeling, beberapa kali saya hampir menabrak orang yang sedang snorkeling. Saya sudah berteriak agar mereka jangan mendekat ke arah saya, namun mereka tidak bisa mendengar teriakan saya karena posisi telinga mereka yang didalam air.

Saat di tengah ini saya hanya duduk dan menikmati goyangan sang ombak yang mendayu-dayu saat itu. Sampai akhirnya saya melihat kura-kura yang berenang ke arah saya lalu melewati bawah papan saya naik ke atas untuk mendapatkan udara lalu turun kedalam laut lagi. Saya kemudian menggerakkan kayuhan saya lagi dan mulai mengikuti sang kura-kura, sangat menyenangkan melihat kura-kura tersebut dari atas papan SUP. Saya sempat kecewa juga karena tidak bisa mengabadikan momen itu, terutama karena saya tidak berani membawa kamera maupun hp saya saat ber-SUP ria.

Setelah cukup lama menikmati waktu sendiri diatas papan ditengah laut, saya akhirnya kembali ke area penyewaan papan dan meminta stafnya untuk memfoto saya dari pinggir pantai. Sang staf juga mempersilahkan saya untuk memakai papannya lagi selama 30 menit, katanya sih bonus. Saya yang tidak mau menyia-nyiakannya langsung mengayuh papan SUP saya lagi dan menikmati sang ombak diantara kapal-kapal yang sedang bersandar disana. Lelah ber-SUP ria, sayapun kembali ke pantai dan mengembalikan papannya. Kemudian saya mengambil barang saya dan menyewa sepeda didekat lokasi penyewaan SUP tersebut.
Yes! Standing Up Paddling!
Oh ya untuk SUP tadi, saya harus membayar IDR 100k selama 1 jam penyewaan, 1 jam yang terlihat sebentar teryata lama juga saat sudah terjun dilautnya. Saya lalu dibantu staf tersebut untuk menyewa sepeda disebelahnya, harga sewa sepeda hanya IDR 45rb selama 24 jam. Meskipun saya tawar lagi, sang penyewa tidak mau menurunkan harga sewanya jadi ya sudah, lumayan juga sepedanya bagus dan terlihat baru. Lalu saya bersepeda ke arah sunset paradise menanti matahari tenggelam serta memotretnya lalu lanjut ke area yang sepi oleh orang lain. Saya melihat seorang bapak yang duduk sendirian disana, sepertinya sih si bapak ini penduduk lokal Gili Trawangan. Saya sangat penasaran dengan apa yang dipikirkan oleh sang bapak karena saya lihat sang bapak sedang tenggelam kedalam pikirannya yang teramat dalam.

Saya tidak berani mengganggu sang bapak meskipun sebenarnya saya ingin mengajaknya berbicara saat itu. Karenanya, saya hanya berani memfoto siluet bapak tersebut lalu pergi mengayuh sepeda saya lagi ke arah Gili Trawangan lainnya. Saya sengaja memutari area Gili Trawangan saat itu, hanya saja melewati jalanan berpasir sangatlah susah hingga saya harus berkali-kali turun dan menuntun sepeda saya. Lokasi yang saya lewati lebih sepi dibanding lokasi dekat hostel saya. Banyak resort-resort mewah serta kafe-kafe yang penuh dengan turis juga, serta ada api unggun, orang yang menari dengan api, serta proyektor besar untuk menonton film disamping pantai, semuanya terlihat dari jalanan yang saya lalui dengan sepeda tersebut. Tibalah saya di area pusat GT lagi dan saya memutuskan untuk berkeliling mencari tempat untuk scuba diving untuk esok hari sebelum pulang ke hostel untuk beristirahat.
What are you thinking pak? Sunset GT 08 Agustus 2019.


No comments:

Post a Comment